Monday 16 November 2015

Curug Bidadari : Grand Canyon van Java


Objek wisata Curug Bidadari yang berada di wilayah perbatasan Kabupaten Pekalongan dan Batang, Jawa Tengah, atau tepatnya berada di kawasan Desa Jolotigo, patut menjadi sektor kepariwisataan andalan pemerintah daerah setempat. Objek wisata Curug Bidadari belum lama populer menjadi tempat tujuan wisata karena kurangnya informasi dan sentuhan sarana penunjang yang menjadikan objek wisata alam ini kian elok. Daya tarik pesona Curug Bidadari tidak kalah dengan objek wisata lainnya, seperti Tawangmangu maupun Curug Sewu Sukorejo, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah.

Untuk menuju ke lokasi Curug Bidadari, para pengunjung bisa menggunakan kendaraan pribadi melalui rute menuju Kecamatan Doro-Talun-Batursari-Sengare-Jolotigo. Adapun pengunjung yang menggunakan jasa angkutan umum hanya berhenti sampai Desa Batursari, kemudian meneruskan perjalanan dengan jasa kendaraan ojek. Bagi para traveler dan adventurer pasti akan menikmati perjalanan ini. Apalagi, setelah menempuh medan yang menantang, mereka akan disuguhi pemandangan dua kolam alami dengan air yang berwarna kehijauan.

Satu kolam dengan kedalaman 4 meter yang berada di bawah air terjun Curug Bidadari setinggi 7 meter akan menjadi daya tarik pengunjung kian berlama-lama di lokasi itu. Di antara kolam itu, para pengunjung juga disuguhi lintasan sungai dengan airnya yang relatif jernih dan cukup deras serta bebatuannya yang dapat dijadikan pijakan untuk mencapai curug. Bagi pengunjung yang bisa berenang juga dapat mencoba sensasi terjun ke dalam kolam sedalam 7 meter dari atas tebing batu yang mengapit Curug Bidadari.

Panorama alam yang masih alami dan sejuk serta kicauan burung yang berada di atas pepohonan makin menambah kondisi objek wisata Curug Bidadari makin asri. Para pengunjung sebaiknya membawa pakaian ganti karena dijamin basah jika ingin menyaksikan keindahan Curug Bidadari. Pengelola objek wisata yang sebagian besar dikelola oleh masyarakat setempat ini, para pengunjung cukup mengeluarkan biaya Rp1.000,00 per orang untuk sekadar ganti baju di ruang ganti yang disediakan warga secara sederhana ini.

Di lokasi itu, pengunjung bisa menikmati jajajan atau makanan yang ditawarkan oleh warga setempat dengan harga relatif murah. "Mengapa dinamakan Curug Bidadari?", "konon karena setiap ada anak kecil yang rewel menjadi tidak rewel lagi setelah dibawa ke curug ini karena melihat keindahan pelangi di antara dua tebing yang mengapit curug." Kala itu, bidadari dipercaya turun dari langit untuk menenangkan si anak sehingga objek wisata ini dinamakan Curug Bidadari.

Sebelumnya, Curug Bidadari dinamai warga sebagai Curug Butuhan karena warga mencari kayu bakar hingga ke curug untuk memasak atau dijual untuk memenuhi kebutuhan warga sehari-hari. Banyaknya warga yang berkunjung ke Curug Bidadari membawa dampak yang sangat positif. Kegiatan ekonomi warga jadi meningkat, pemuda desa mengelola parkir dan warga lainnya membuka warung serta menarik ojek.

Bentuk Pokdarwis Ramainya tingkat kunjungan wisatawan ke objek Curug Bidadari memicu warga akan membentuk kelompok sadar wisata sebagai upaya mengembangkan objek wisata ini kian dikenal oleh pengunjung domestik maupun mancanagera. Saat ini, pengelolaan objek wisata Curug Bidadari masih melibatkan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Jolotigo, sedangkan Perhutani KPH Pekalongan Timur mendapatkan kontribusi dari hasil kegiatan di wisata ini. Untuk memastikan keamanan pengunjung, pemkab akan melakukan kajian lebih mendalam apakah curug bisa dikunjungi pada saat musim hujan.

source : http://gayahidup.rimanews.com/travel/read/20151115/245069/Pesona-Curug-Bidadari-yang-Mirip-Grand-Canyon

No comments:

Post a Comment